Karunia
Hidayah
K.H. Abdullah Gymnastiar
Siapapun
di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang
dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak
berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka
akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada
yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang
paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda,
karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga
yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan
dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi
ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya
karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat
kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah
sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian.
Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun
yang bernilai di dunia ini.
Karenanya,
sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam
rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari
uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi
keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar
dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak
hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula
ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap
dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan
seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia
bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.
Ada
sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya,
"Robbanaa,
laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan
innaka antal wahhaab…"
(Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini
condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan
kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi
Karunia).
Demikianlah
ALLOH Azza
wa Jalla,
Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar
senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan
cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus
senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap
getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita.
***
Suatu
waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam
(muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa menerima kenyataan
ini, sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya ketika
menjelang jam lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara
dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong…!" Belum
selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan
darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi
membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui dimana menelponnya?
Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah ALLOH Maha
Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam
melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah"
tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH
pula.
Usai
hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan!?
Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak
dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula
andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya
atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan
Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa
sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas
hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza
wa Jalla,
Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di
kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah
SAW yang mulia, dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir
membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia
tetap mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".
Demikianlah
jikalau ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada
seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun dengan si anak dalam
kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata benar
ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian
dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati
pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang
melepaskan dari setiap kesempitan.
Mudah-mudahan
kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan
ALLOH Azza
wa Jalla.
Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah
satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si
penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak ada
satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan kakinya,
kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada satupun darah yang
menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.
Karenanya
mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas
adalah salah satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan
kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa
ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang, terkadang
kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan disisi
ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih
dulu.
***
ALLOH
SWT dalam hal ini berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH,
maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya" (Q.S. Az
Zumar
[39]:37).
"Dan
siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat
menujukinya" (Q.S. Ar
Ra’du
[13]:33).
"Siapa
yang diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang mendapat
petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak
akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya
ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya
siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. Al
Fathir
[35]: 8).
Imam
Ibnu Athoillah
dalam kitabnya yang terkenal Al
Hikam
memaparkan, "Nur
(cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang
dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH serta menerima
segala rahasia daripada-Nya.
Nur
(cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana
gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila ALLOH akan
menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan
dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur
cahaya terang berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu sebagai tentara
pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu itu
sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang terjadi
antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.
Lebih
lanjut beliau berujar, "Nur
itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah
(matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan
atau meninggalkan
nur itulah
yang menerangi baik dan buruk, lalu dengan matahatinya ditetapkan
hukum, dan setelah itu maka matahatinya yang melaksanakan atau
menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza
wa Jalla
mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah
sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah.
***
0 komentar:
Posting Komentar